Rabu, 22 Juni 2016

Tattwa mengenai Hari Raya Kuningan




Om svastiastu,
Om awighnam astu namo sidham, Om anubadrah kreta wiyantu wiswatrah, Semoga fikiran baik datang dari segala arah.
Kepada  Bapak Wasi  yang saya sucikan, kepada bapak ibu yang saya hormati. Atas Asungkerta warenugrane ida Sang Hyang Widi Wada, kita dapat berkumpul bersama-sama dalam keadaan sehat, dalam kesempatan baik ini saya akan ber darmawacana degan tema Tattwa mengenai Hari Raya Kuningan.
Sumber ajaranya terdapat dalam lontar dan prasasti; Lontar Siwa Tattwa Purana” menyebutkan bahwa pada hari Wage wuku Kuningan hendaknya membuat banten sambutan selanjutnya pada hari Senin Kliwon disebut sebagai hari Pemacekan Agung yaitu pertemuan antara Sanghyang Siwa dengan Sanghyang Giriputri. Pada hari sabtu Kuningan turunlah Bhatari Uma/Durga mencari saniscara dan Bhatara Siwa menjadi Kliwon. Pada hari saniscara Kliwon hendaknya umat membuat nasi Kuning untuk dihaturkan bagi leluhurnya dan dilarang melakukan upacara manusia yadnya ( karena Bhatara Siwa sedang Berkasih asmara dengan dewi Uma dan disaat itu dewi Uma sedang menjaga ketiga Dunia? Sehingga umat dimohon untuk melakukan pemujaan agar mendapatkan anugerah kesejahteraan/tidak boleh memada-madai dewa/ngembari yang sedang melakukan penciptaan kebahagiaan dan jika umat melakukan upacara manusia yadnya dikhawatirkan terkena kutukan Bhatara sehingga tidak mendapatkan kerahayuan tetapi petaka yang dirasakan-hal ini berlaku juga bagi setiap pelaksanaan hari-hari raya Hindu yang lain agar jangan melaksanakan upacara manusia yadnya yang bertepatan dengan hari raya Hindu akan buruk jadinya).
Hari raya Kuningan tidak terlepas dengan hari raya Galungan yang jatuh tepat pada Buddha Kliwon Wuku Dunggulan karena keduanya merupakan satu paket. Sedangkan runtutan  pelaksanaan Hari Raya Galungan dan Kuningan sebenarnya dimulai semenjak Tumpek Wariga yang jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga dan berakhir pada Buddha Kliwon Wuku Pahang. Nilai moral yang bisa dipetik pada pelaksanaan hari raya Galungan adalah untuk mengingatkan mereka agar bisa hidup bahagia dan sejahtera. Mengapa diingatkan/ karena sebenarnya manusia itu sering lupa sehingga dengan jatuhnya perayaan Galungan akan teringatkan atas segala yang pernah dilakukan sebelumnya, dengan demikian akan menjadi bahan evaluasi pada tahapan kehidupan selanjutnya karena sesungguhnya tidak ada suatu keadaan itu yang langgeng. Jika keadaan sebelumnya kehidupan kita kacau maka dengan datangnya perayaan Galungan semoga mendapatkan inspirasi atas instropeksi diri kepada kehidupan yang lebih sempurna.
Saudara umat Hindu sedharma yang berbahagia, Yang perlu diingtakan pada hari raya Galungan adalah untuk terus menerus berjuang untuk memenangkan nilai moral (Dharma) dalam kehidupan ini, karena jika nilai moral Dharma tidak tegak maka Adharma akan menguasai hidup ini sehingga derita sengsaralah kita karena tiada tertatanya tatanan kehidupan yang harmonis. Oleh karena itu untuk memperoleh keadaan itu, maka tahapan-tahapan sebelum Galungan perlu dilaksanakan seperti saat Tumpek Wariga memberikan penghormatan pada Tumbuh-tumbuhan agar lestari dan dapat dimanfaatkan pada saat upacara Galungan. Sugihan Jawa yaitu agar senantiasa membersihkan segala keperluan lahir seperti membersihkan Pura, Merajan, Sanggah maupun menjaga keselamatan diri menghadapi Galungan dan pada Sugihan Bali agar senantiyasa menjaga kesucian batin yaitu menyiapkan mental spiritual guna menghadapi sang Kala Tiga Galungan dan pada Redite Paing melakukan Brata dengan pengekeban atau pengekangan hawa nafsu guna menahan diri terhadap segala Emosi yang akan muncul atau selalu menjaga ketenangan diri sedangkan pada Soma Pon melakukan penyajaan atau melakukan brata sungguh-sungguh dan sebagainnya dengan tetap menahan nafsu lalu diteruskan pada Anggara Wage dengan penampahan melawan puncaknya Godaan Sang Kala Tiga yang disimbolkan dengan melakukan pemotongan hewan yang disimbolkan pada hewan babi yaitu symbol kemalasan atau sifat-sifat Tamas yang sangat merugikan dan memotong ayam sebagai symbol sifat Rajas yang sangat menganggu dalam kehidupan jika tidak dikendalikan sehingga disaat Buddha Kliwon benar-benar merupakan suatu hari yang sangat istimewa karena sudah mampu melalui tahapan-tahapan Galungan yang selanjutnya dirayakan sebagai hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Bagaimana bagi mereka yang tidak dapat melakukan tahapan-tahapan Galungan? Maka mereka tidak akan merasakan bahagia disaat hari raya, tetapi terasa hambar dan biasa-biasa saja sehingga tidak akan mengalami perobahan kehidupan yang berarti setelah perayaan Galungan dilalui.
Sekian pesan dharma yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat untuk kita semua dan semoga kita selalu berbuat dalam kebaikan.
Saya tutup dengan paramasanti
Om, Santi Santi Santi Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar